MEDIAANTARA.COM, JAKARTA – Presiden Prabowo Subianto menargetkan pendapatan negara tahun 2026 mencapai Rp 3.147,7 triliun. Angka tersebut tertuang dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2026 yang disampaikannya saat membacakan Nota Keuangan di gedung DPR RI, Jumat (15/8/2025).
Dalam rancangan itu, belanja negara diproyeksikan sebesar Rp 3.786,5 triliun. Selisih antara pendapatan dan belanja tersebut menghasilkan defisit anggaran Rp 638,8 triliun atau setara 2,48 persen dari produk domestik bruto (PDB). Defisit direncanakan akan dibiayai melalui mekanisme pembiayaan yang dinilai hati-hati, inovatif, dan berkelanjutan.
Prabowo menegaskan komitmennya menekan defisit dengan efisiensi penggunaan anggaran dan pemberantasan kebocoran. Ia menargetkan kondisi APBN tanpa defisit dapat tercapai pada 2027 atau 2028.
RAPBN 2026 juga memuat sasaran makro, antara lain pertumbuhan ekonomi minimal 5,4 persen, inflasi 2,5 persen, nilai tukar rupiah Rp 16.500 per dolar AS, penurunan tingkat pengangguran terbuka menjadi 4,44–4,96 persen, serta penurunan kemiskinan ke kisaran 6,5–7,5 persen. Rasio gini ditargetkan turun ke 0,377–0,38 dan indeks modal manusia naik menjadi 0,57.
“Setiap rupiah uang rakyat harus memberi manfaat nyata, menciptakan lapangan kerja, memperkuat daya beli, dan meningkatkan pelayanan publik. Jangan main-main dengan uang rakyat,” tegas Prabowo.