MEDIAANTARA.COM, NAGEKEO – Prada Lucky Namo (23), prajurit Batalion Teritorial Pembangunan (TP) 834/Wakanga Mere, Nusa Tenggara Timur, menghembuskan napas terakhir pada Rabu (6/8/2025) setelah empat hari menjalani perawatan intensif di RSUD Aeramo. Ia diduga menjadi korban penganiayaan oleh seniornya.
Bagi keluarga, Lucky bukan hanya anak kedua dari empat bersaudara, melainkan juga tulang punggung yang menjadi tumpuan harapan. Sejak resmi menjadi anggota TNI, penghasilannya digunakan untuk membantu kebutuhan rumah tangga.
“Lucky itu pendiam, jarang keluar rumah, dan sangat disiplin. Dia tidak pernah ikut pergaulan bebas,” ungkap pamannya, Rafael Davids, dengan suara bergetar, Kamis (7/8/2025).
Cita-citanya menjadi prajurit TNI telah tumbuh sejak duduk di bangku SMA. Setiap hari ia membiasakan diri berolahraga, mulai dari lari pagi dan sore hingga latihan fisik lainnya, demi mempersiapkan diri mengikuti seleksi militer.
Usaha keras itu membuahkan hasil pada Februari 2025 ketika ia lulus seleksi calon tamtama TNI. Setelah menjalani tiga bulan pendidikan dasar militer di Bali, ia resmi bertugas. Pada 5 Juni 2025, Lucky sempat pulang kampung dan mengadakan syukuran bersama keluarga serta kerabat dekat.
Letda Inf Agapito, tetangga yang mengenalnya sejak kecil, mengingat Lucky sebagai pribadi sopan dan ramah meski tak banyak bicara. “Kalau ketemu orang, pasti dia sapa. Sopan sekali anaknya,” tuturnya.
Kepergiannya yang tragis meninggalkan luka mendalam dan pertanyaan besar bagi keluarga. Mereka mendesak agar kasus ini diusut tuntas dan pelaku dihukum setimpal, agar tidak ada lagi prajurit muda yang bernasib sama.